Friday, May 5

Perhatikanku

Kian hari aku tertanya-tanya, mengapakah masyarakat bergegas-gegas mengenakan pakaian terbaik setiap hari? Berfikirkan tentang apa yang perlu dipakai esok hari? Apakah warna pakaianku sepadan dengan stokin dan kasutku? Mengapa masyarakat seringkali berpusu-pusu ke shopping mall ketika ada jualan murah, sedangkan jualan murah itu tidak berlaku pun pada hakikatnya? Mengapa ini terjadi?

Perkara in pernah melanda diriku sekian yang lalu. Ketika waktu menjadi penimbang kematangan, bukan jasa-jasaku, ketika manusia lebih hadapan dari agama. Apa yang dapat ku nyatakan adalah kerana masyarakat menurut perhatian manusia. Masyarakat mengutamakan insan-insan berguru nafsu yang lain. Mengikut nafsu mengadili orang. Apa yang membawa kita kepada keputusan sebegini? Mengapa peduli kata-kata orang? Ya itu yang kini aku fahami. Manusia gemar mengata orang. Manusia gemar mengadili orang, tetapi tidak gemar diadili. Itu manusia. Nasihat Luqman al-Hakim menjelaskan segalanya ketika melalui pasar bersama anaknya dan seekor untanya.

Apa sebenarnya yang memainkan peranan di dalam manusia menentukan hala tujunya? Apa sebenarnya yang dicari manusia dalam keputusannya? Semua ini dapatlah saya kaitkan dengan niat yang ditanam di dalam diri kita. Niat yang dibentuk daripada fikrah pemikiran individu. Corak pemikiran yang membentuk keputusan kita di dalam hidup ini. Tatkala berlaku perubahan dalam bunga pemikiran kita, maka di situ jugalah bermulanya perubahan bentuk keputusan yang lahir daripada kita.

Niat yang dibentuk itu adapun adalah berpunca daripada pemusatan fikrah kita. Di manakah kita memusatkan fikrah kita wahai teman? Persoalan ini juga bermain di dalam pemikiran aku wahai sahabat. Persoalan yang jawapannya tergantung berhayun, umpama lampu bilik yang satu, dihayunkan ke kiri kanan, cahayanya juga berlarian menurut arah tuju tali yang menggantung. Keputusan kita sebenarnya adalah ibarat cahaya itu sahabat. Lampu itu pula menggambarkan fikrah pemikiran kita yang berpusat, tidak pula ia punya lampu yang lain, hanya satu yang tunggal. Tali yang menggantung lampu itu pula umpama ikatan kita kepada siling yang menggambarkan pegangan kita. Di situlah hati kita bertapak, di siling itu. Andai kata kita terikat atau bertapak pada al-Quran dan sunnah, maka tali pegangan kita akan memegang dengan kuat, membawa fikrah pemikiran kita yang manyinari arah tuju kehidupan kita, keputusan kita wahai sahabat. Cahaya itu akan menerangi kawasan yang gelap buat penghuni di bawah kita. Lihatlah analogi ini sahabat, ia mudah sekali menggambarkan antara peranan kita di dunia ini. Kita menjadi contoh oleh orang-orang di sekitar kita. Kita menerangi jalan yang akan dilalui oleh orang yang mendampingi kita.

Aku menimbulkan masalah penampilan itu hanya untuk membawakan perkara ini kepada kalian. Masalah yang sebenarnya kembali kepada permasalahan iman kita. Di mana sebenarnya mahu kita ikatkan pegangan kita wahai sahabat?! Pilihlah. Kita di beri pilihan oleh Allah s.w.t. Telah Allah nyatakan di dalam al-Quran akan pilihan kita.

Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (
18:29)

Dia-lah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.(64:2)

Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.(90:10)

Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.(76:3)

Sesungguhnya hati itulah punca segala. Allah menjadikan manusia itu dari tanah dan roh, yang memiliki jasad, hati dan akal. Hati itu membawa ke mana kaki kita berjalan, perbuatan yang tangan kita kerjakan, perdengarkan apa yang telinga kita dengari, melihat apa yang mata kita cari, berkata apa yang lidah kita ucapkan; pendek kata apa sahaja yang kita lakukan. Oleh itu wahai sahabat, bukakanlah hatimu, lapangkanlah dadamu untuk menerima ajakan Rasulullah s.a.w. dan petunjuk Allah s.w.t. Hati menjadi pintu kepada kefahaman agama yang akan menjadi pegangan kita. Jangan biarkan pintu hati kita tertutup. Allah memberikan panduan perihal hati kita di dalam al-Quran dengan jelas,

Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (22:46)

Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.(
3:13)

Negeri-negeri (yang telah Kami binasakan) itu, Kami ceritakan sebagian dari berita-beritanya kepadamu. Dan sungguh telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, maka mereka (juga) tidak beriman kepada apa yang dahulunya mereka telah mendustakannya. Demikianlah Allah mengunci mata hati orang-orang kafir.(7:101)

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (7:179).

Maka wahai sahabat, marilah kita membuka pintu hati kita untuk menerima bawaan al-Quran, agar kita beramal dengannya dengan penghayatan yang sebenarnya. Turutkanlah ajaran yang di bawa Muhammad ini. Sesungguhnya di dalamnya tiada keraguan. Aku mendoakan agar kalian diberi petunjuk oleh Allah dalam menghadapi dunia ini dan aku mengharapkan diriku jua tidak kesesatan, mengamalkan islam sedaya upaya, beramal dengan apa yang aku sampaikan. Wahai sahabat, ingatkanlah aku ketika aku lalai, ingatkanlah aku ketika aku alpa, aku jua manusia seperti kebanyakan, yang terdedah kepada kejahatan pembisik yang sudah keluar, yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia, dari golongan jin dan manusia (114:4-6). Semoga kita sama-sama mampu merubah diri kita menjadi yang terbaik di kalangan kegelapan pekat jahiliah.

Ya Allah, Yang Maha Mengetahui isi hati hambaNya, Yang Maha Mendengar rintihan suara hambaNya yang lemah, Yang Memerintah sekelian alam, kuatkanlah pegangan iman kami, teguhkanlah kami di atas jalan agama Mu yang telah Engkau tetapkan buat kami. Kepada Mu kami berserah, Tuhan Yang Menaungi kerajaan bumi dan langit. Ameen.

No comments: